Catatanku : Wira Garden In Love

 

Selamat Pagi, Kekasihku Tercinta

Cahaya mentari pagi menyapa, menandakan bahwa engkau masih terlelap dalam mimpi indah. Aku tahu, kelelahan menemaniku seharian kemarin masih membelenggu. Kupastikan kau sudah sampai di tempat perundungan bathin,kamarmu.

Dua jam sebelum waktu Subuh tiba, ku tuliskan kata-kata ini sebagai pengingat cinta kita. Obat rindu di kala jarak memisahkan.

Ulang Tahunku kemarin, sungguh perayaan yang indah. Keberadaanmu,lebih dari kado istimewa apapun. Bagaimana tidak, kemarin adalah kita menandai akhir dari masa penantian panjang. Akhir dari jomblo jarak jauh, meski pertemuan itu hanya sementara, sekejap dalam 24 jam.

Terima kasih atas kehadiranmu yang menghangatkan. Sekian lama rindu merundung, kau luluh dan menyejukkan hatiku. Walau hanya sehari, kebahagiaan itu tak ternilai.

Sisa lelah perjalanan kemarin masih terasa, namun itu adalah lelah yang paling manis. Menuruni lembah, menyusuri sungai, dan menghitung siulan burung liar, bukankah itu petualangan cinta yang tak terlupakan?

Ingatkah makan siang mesra kita? Pertama kalinya dalam dua tahun kita bersama. Wow, dua tahun! Sungguh istimewa.

Meski kau tak melahapnya dengan lahap, itu justru membuatnya semakin terasa istimewa. Kalimat-kalimat penuh cinta tercurahkan, diiringi kekhawatiran akan kesehatanmu. Sayang, jagalah dirimu, jangan sakit.

Banyak hal yang kita bicarakan, tak semua harus terucap, tak semua harus disembunyikan. Tapi bagiku, yang terpenting adalah mendengar suaramu di sisiku. Melihatmu tersenyum, membawa kebahagiaan yang tak terkira. Jauh darimu terasa begitu menyakitkan.

Jarum jam seakan berdetak seribu kali lebih cepat. Jam tiga sore, saat perpisahan tiba. Untuk setahun ke depan.

Sungguh menyedihkan, bukan? Kita lahir dan tinggal di kota yang sama, tapi harus menjalani hidup seperti ini. Apakah aku terlalu egois jika ingin menahanmu untuk tetap di sini? Menghadapi apapun bersama.

Tapi, aku mengerti. Tidak apa-apa.

Ah, aku memang cengeng. Kau hanya pergi sejenak, bukan? Jadilah dosen yang budiman, ajari mahasiswamu untuk kuat menjalani hidup. Ajari mereka untuk mencintai orang-orang terkasih dengan sepenuh hati, tanpa pamrih dan lelah. Jika mereka bertanya alasannya, ceritakanlah bagaimana aku mencintaimu.

Pada akhirnya, kau harus pergi. Kumohon, jangan bermata sayu padaku. Itu menyakitkan, sayang.

Percayalah, kemesraan seperti kemarin akan kita ciptakan kembali. Lebih indah, lebih bermakna.

Hidup yang sedang ku persiapkan masih banyak bagian yang belum tersusun. Maukah kau duduk sejenak di sisiku, bersabarlah? Perjalanan ini mungkin sulit dan rumit, tapi aku yakin kita mampu melewatinya bersama.

Maaf jika aku terburu-buru mengantarmu kembali. Aku tahu kau tak menyukainya. Padahal, bisa saja aku memperlambat laju kendaraan, berpura-pura mesinnya rusak, agar kita bisa lebih lama bersama.

Atau, aku biarkan kau tidur sejenak, memastikan kau bermimpi indah dengan nyenyak. Dan setelah itu, membiarkanmu ketinggalan bus. Ah, aku selalu terlihat menyedihkan jika memintamu untuk tetap di sisiku.

Terima kasih, sayang, atas kebaikan dan kedewasaanmu. Jangan lupa selalu doakan agar kisah cinta kita segera menjadi nyata dan indah. Amin.

--Moment di Wira Garden, Bandar Lampung--

03 Juni 2016

Posting Komentar untuk "Catatanku : Wira Garden In Love"